Rabu, 16 September 2015

Perbedaan Jamu, Herbal Terstandar dan Fitofarmaka

Tidak jauh berbeda dengan perjalanan dari telur, ulat, kepompong, lalu jadilah kupu-kupu. Jamu yang merupakan warisan nenek moyang, ‘bermetamorfosis’ menjadi herbal terstandar hingga tingkatan yang lebih tinggi yaitu fitofarmaka. Namun perubahan tersebut tidak begitu saja karena jamu harus diteliti selama bertahun-tahun dengan menelan biaya milyaran rupiah.
 
Kategori obat bahan alam antara lain jamu, herbal terstandar dan fitofarmaka. Pengelompokan tersebut berdasar atas cara pembuatan, klaim pengguna dan tingkat pembuktian khasiat.
 
Logo yang digunakan untuk obat berbahan alam dengan kategori 'JAMU'
 
JAMU
Jamu merupakan bahan obat alam yang sediannya masih berupa simplisia sederhana, seperti irisan rimpang, daun atau akar kering. Sedang khasiatnya dan keamanannya baru terbukti setelah secara empiris berdasarkan pengalama turun-temurun. Sebuah ramuan disebut jamu jika telah digunakan masyarakat melewati 3 generasi. Artinya bila umur satu generasi rata-rata 60 tahun, sebuah ramuan disebut jamu jika bertahan minimal 180 tahun.
 
Sebagai contoh, masyarakat telah menggunakan rimpang temulawak untuk mengatasi hepatitis selama ratusan tahun. Pembuktian khasiat tersebut baru sebatas pengalaman, selama belum ada penelitian ilmiah yang membuktikan bahwa temulawak sebagai antihepatitis. Jadi Curcuma xanthorriza itu tetaplah jamu. Artinya ketika dikemas dan dipasarkan, prosuden dilarang mengklaim temulawak sebagai obat.
 
Selain tertulis "jamu", dikemasan produk tertera logo berupa ranting daun berwarna hijau dalam lingkaran. Di pasaran banyak beredar produksi jamu seperti  Tolak Angin (PT Sido Muncul), Pil Binari (PT Tenaga Tani Farma), Curmaxan dan Diacinn (Lansida Herbal), dll.
 
Logo yang digunakan untuk obat berbahan alam dengan kategori 'HERBAL TERSTANDAR'
 
HERBAL TERSTANDAR
Jamu dapat dinaikkan kelasnya menjadi herbal terstandar dengan syarat bentuk sediaannya berupa ekstrak dengan bahan dan proses pembuatan yang terstandarisasi. Disamping itu herbal terstandar harus melewati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), kisaran dosis, farmakodinamik (kemanfaatan) dan teratogenik (keamanan terhadap janin).
 
Uji praklinis meliputi in vivo dan in vitro. Riset in vivo dilakukan terhadap hewan uji seperti mencit, tikus ratus-ratus galur, kelinci atau hewan uji lain.
Sedangkan in vitro dilakukan pada sebagian organ yang terisolasi, kultur sel atau mikroba. Riset in vitro bersifat parsial, artinya baru diuji pada sebagian organ atau pada cawan petri. Tujuannya untuk membuktikan klaim sebuah obat. Setelah terbukti aman dan berkhasiat, bahan herbal tersebut berstatus herbal terstandar.
 
Meski telah teruji secara praklinis, herbal terstandar tersebut belum dapat diklaim sebagai obat. Namun konsumen dapat mengkonsumsinya karena telah terbukti aman dan berkhasiat. Hingga saat ini, di Indonesia baru sekitar 17 produk herbal terstandar yang beredar di pasaran. Sebagai contoh Diapet (PT Soho Indonesia), Kiranti (PT Ultra Prima Abadi), Psidii (PJ Tradimun), Diabmeneer (PT Nyonya Meneer), dll. Kemasan produk Herbal Terstandar berlogo jari-jari daun dalam lingkaran.
 
Logo yang digunakan untuk obat berbahan alam dengan kategori 'FITOFARMAKA'
 
FITOFARMAKA
Sebuah herbal terstandar dapat dinaikkan kelasnya menjadi fitofarmaka setelah melalui uji klinis pada manusia. Dosis dari hewan coba dikonversi ke dosis aman bagi manusia. Dari uji itulah dapat diketahui kesamaan efek pada hewan coba dan manusia. Bisa jadi terbukti ampuh ketika diuji pada hewan coba, belum tentu ampuh juga ketika dicobakan pada manusia.
 
Uji klinis terdiri atas single center yang dilakukan di laboratorium penelitian dan  multicenter di berbagai lokasi agar lebih obyektif. Setelah lolos uji fitofarmaka, produsen dapat mengklaim produknya sebagai obat. Namun demikian, klaim tidak boleh menyimpang dari materi uji klinis sebelumnya. Misalnya, ketika uji klinis hanya sebagai antikanker, produsen dilarang mengklaim produknya sebagai antikanker dan antidiabetes.
 
Kemasan produk fitofarmaka berupa jari-jari daun yang membentuk bintang dalam lingkaran. Saat ini di Indonesia baru terdapat 5 fitofarmaka, contoh Nodiar (PT Kimia Farma), Stimuno (PT Dexa Medica), Rheumaneer PT. Nyonya Meneer), Tensigard dan X-Gra (PT Phapros).

Itulah tiga kriteria produk bahan alam dan tahapan panjang yang harus dilalui oleh produsen obat bahan alam untuk mendapatkan status tertinggi sebagai obat yaitu fitofarmaka. Semua uji tersebut ditempuh demi keamanan konsumen.

*sumber :
http://lansida.blogspot.co.id/2011/04/bedanya-jamu-herbal-terstandar-dan.html

Minggu, 14 September 2014

Sinom


Sinom Siti Ginoek. Minuman segar dan kaya manfaat

SINOM adalah sebutan untuk daun asam, yang masih  muda. Nama sinom sendiri berasal dari kata ‘isih nom’ yang dalam bahasa Jawa artinya ‘masih muda’. Sejak turun-temurun masyarakat Jawa mengolah daun asam muda menjadi minuman yang menyegarkan dan sangat kaya akan manfaat.
 
Daun asam mengandung senyawa kimia bermanfaat seperti Saponin, Flavonoid, dan Tanin. Senyawa aktif Flavonoid dan Tanin bermanfaat untuk peluruhan lemak melalui suatu peningkatan metabolisme, sehingga terjadi pembakaran pada timbunan lemak. Peluruhan lemak oleh kedua senyawa aktif tersebut, terjadi melaui pendekatan pemecahan lemak dikatalis enzim limpase, sehingga dapat menjadi solusi pelangsing alami.
 
Daun Sinom atau daun asam Jawa yang masih muda

Kandungan flavonoid yang terkandung pada daun asam jawa juga bersifat sebagai anti radang, membantu mengeluarkan keringat, dan menghilangkan rasa sakit. Secara turun-temurun, daun sinom juga dipergunakan untuk mengendalikan kolesterol dan mengobati sariawan.
Meski memiliki aroma yang sangat khas, tetapi daun asam jawa jika dikonsumsi memiliki karakter rasa yang cenderung ‘sepat’ dan tidak enak. Dalam komposisi minuman sinom Siti Ginoek, untuk mengurangi ‘rasa sepat’ ditambahkan buah asam jawa yang sudah matang. Agar rasa yang dihasilkan lebih segar dan juga nikmat.
 
Sinom Siti Ginoek dalam kemasan 250ml
 
Buah asam jawa jika dikonsumsi terbukti dapat meningkatkan kekebalan tubuh. Asam jawa memiliki kandungan kalori, protein, lemak, hidrat arang, kalsium, fosfor, zat besi, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C. Asam jawa juga bermanfaat untuk melancarkan buang air besar, memperbaiki peredaran darah, mengurangi nyeri haid, dan menghilangkan keputihan.

Jumat, 24 Januari 2014

Kunir Asem

 Kunir Asem. Dipercaya mampu mengurangi bau badan dan menghaluskan kulit
Kunyit asam adalah salah satu minuman jamu, yang bahan utamanya terbuat dari kunyit dan juga asam. Kunyit atau biasa disebut juga kunir, merupakan kelompok umbi-umbian yang dikenal memiliki banyak manfaat. Selain sebagai pewarna alami, juga bisa menambah cita rasa dalam masakan. Tanaman obat yang memiliki nama latin Curcuma Domestica Vahl  ini yang paling berkhasiat dan dimanfaatkan sebagai obat adalah rimpangnya. Bahan jamu kunyit asam lainnya adalah asam jawa. Tanaman yang termasuk suku polong-polongan ini dikenal ampuh menambah kesegaran tubuh. Kombinasi dari karakter kedua bahan ini membuat Kunyit asam menjadi jamu yang memiliki rasa nikmat dan segar. Terlebih saat jamu ini diminum dingin.
Kunir asem Siti Ginoek dibuat dari bahan-bahan pilihan serta tanpa bahan pengawet. 
Dalam dunia kesehatan ramuan kunyit asam dikenal sebagai minuman untuk memperlancar proses menstruasi pada wanita. Jika ditinjau dari segi ilmiah ternyata kunyit memang memiliki kemampuan dalam mendorong organ hati agar menghasilkan empedu pemecah lemak. Sementara itu asam jawa juga ternyata bisa memacu denyut jantung agar memompa darah lebih baik sehingga peredaran darah menjadi lebih lancar. 

Kunyit asam juga dipercaya dapat mengurangi bau badan dan mampu menghaluskan kulit.
 
Manfaat lain dari kunyit asam adalah untuk melangsingkan badan. Kabarnya, senyawa yang ada di dalam kunyit dan juga asam jawa bisa membuat sistem metabolisme di dalam tubuh jauh lebih baik. Selain itu, kunyit asam ini bisa membuat peredaran darah lancar sehingga lemak terbuang dan oksigen dengan  mudah mengalir ke seluruh tubuh. Hal ini akan membuat tubuh segar, sehat dan berat badan terjaga sebab lemak sukar untuk menumpuk.

Selain itu kunyit asam juga dipercaya dapat mengurangi bau badan dan mampu menghaluskan kulit.

Kamis, 19 Desember 2013

Beras Kencur

Beras Kencur Siti Ginoek. 
Ada warna hitam seperti tanah saat diendapkan, itu adalah biji kedaung yang sudah dihaluskan dan kaya akan manfaat.

Beras Kencur adalah salah satu jamu tradisional yang paling popular di masyarakat. Dengan aroma khas dan rasanya yang manis menjadikan jamu ini nikmat untuk dikonsumsi saat hangat maupun dingin. Bahan utama beras kencur adalah beras (yang dihaluskan) dan rimpang kencur.

Kencur (Kaempferia galanga) adalah salah satu jenis tanaman obat yang termasuk suku tumbuhan Zingiberaceae. Tanaman ini digolongkan sebagai tanaman jenis empon-empon yang mempunyai daging buah paling lunak dan tidak berserat. Kencur banyak tumbuh subur di daerah dataran rendah atau pegunungan yang tanahnya gembur dan tidak terlalu banyak air.

Rimpang kencur mempunyai aroma yang khas. Daging buah kencur berwarna putih dan kulit luarnya berwarna coklat. Kencur tumbuh subur dan berkembang pada musim tertentu, yaitu pada musim penghujan. Kencur dapat ditanam dalam pot atau di kebun yang tidak terlalu basah dan cukup sinar matahari.

Berdasarkan analisis laboratorium, kencur terbukti memiliki banyak sekali senyawa kimia yang sangat bermanfaat. Minyak atsiri dalam rimpang kencur mengandung lebih dari 23 jenis senyawa. Tujuh di antaranya mengandung senyawa aromatik, monoterpena, dan seskuiterpena.  Manfaat kencur sangat beragam tergantung dari penggunaan kencur itu sendiri. Di Indonesia pemanfaatan kencur sebagai pengobatan tradisional ada dua cara, yaitu dengan cara diminum dan dioleskan atau sebagai obat luar.
 
Khasiat jamu beras kencur lainnya adalah menghilangkan pegal-pegal dan rasa capek. Selain itu jika saat mengkonsumsi ditambahkan dengan madu asli,  dipercaya dapat meningkatkan vitalitas pria.
 
Sebagai ramuan oles, biasannya kencur digunakan untuk meredakan pegal-pegal maupun nyeri otot akibat keseleo. Karena kencur mengandung minyak atsiri yang mempunyai efek analgesic dapat menghangatkan bagian tubuh yang diolesinya. Selain itu sejak jaman dahulu kencur juga sering digunakan sebagai bedak pada bayi. Sifat analgesic dan aroma yang ditimbulkan dari kencur dipercaya dapat mengusir masuk angin dan membuat bayi cenderung lebih tenang dan tidak rewel.   

Selain untuk pengobatan luar, kencur juga bisa dijadikan minuman yang sangat nikmat, segar dan menyehatkan. Kombinasi minuman ini terdiri dari rimpang kencur, beras, jahe, asam, biji kedaung, garam dan gula merah atau gula pasir. Campuran berbagai bahan ini dipercaya banyak mengandung vitamin B yang dapat merangsang lambung untuk memberikan rasa lapar sehingga dapat meningkatkan nafsu makan. 

Jika setiap hari diminum secara rutin, beras kencur bisa membantu menebalkan dinding perut dan menyembuhkan penyakit maag. Khasiat jamu beras kencur lainnya adalah menghilangkan pegal-pegal dan rasa capek. Selain itu jika saat mengkonsumsi ditambahkan dengan madu asli,  dipercaya dapat meningkatkan vitalitas pria.

Selasa, 17 Desember 2013

Sejarah Jamu

Penjual jamu di pasar Yogyakarta. Foto kolèksi Tropenmuseum (1910-1930). 
 
Pengobatan herbal dengan memanfaatkan khasiat dari tumbuh-tumbuhan telah dikenal masyarakat Indonesia secara turun-temurun. Pada perkembangannya, masyarakat Indonesia lebih mengenal pengobatan herbal dengan istilah jamu. Bahan untuk pengobatan tradisional ini terbuat dari bagian tanaman yang dipercaya memiliki khasiat, seperti akar, daun, buah, biji, dan kulit kayu. Bermacam jenis tanaman tadi ada yang diolah dengan dimasak dan ada juga yang langsung digunakan tanpa dimasak. Karena bahan-bahan yang dipakai langsung berasal dari alam, jamu dipercaya tidak memiliki efek samping. Bahkan untuk mengkonsumsinya biaya yang dikeluarkan relatif murah. Karena bahan-bahan pembuatannya banyak tersedia disekitar kita. 

Jika ditinjau dari segi bahasa, jamu adalah sebuah kata yang biasa dipakai masyarakat Jawa untuk menyebut metode pengobatan herbal. Tidak ada yang dapat memastikan, kapan pertama kali tradisi meracik dan meminum jamu muncul. Tetapi dipercaya sudah ada sejak periode kerajaan Hindu di Jawa. Hal ini dibuktikan dengan adanya Prasasti Madhawapura dari zaman Majapahit. Dalam prasasti itu menyebutkan adanya suatu profesiì Tukang Meracik jamu yang disebut juga Acaraki. Seorang empu bernama Ra Tanca atau Prapanca, adalah salah satu ahli pengobatan yang sangat terkenal kala itu.

Sunan Paku Buwono X pernah mengumpulkan dan menuliskan kembali resep-resep jamu tradional Jawa dalam sebuah buku yang berjudul Serat Husada. Raja Kraton Surakarta yang bertahta hingga tahun 1939 ini menjelaskan para ahli pengobatan zaman dahulu menggunakan resep yang terbuat dari daun, akar dan umbi-umbian untuk mendapatkan kesehatan dan menyembuhkan berbagai penyakit. Selain itu mereka juga meracik jamu untuk perawatan kecantikan wajah maupun tubuh secara keseluruhan.

Namun pada masa itu para pengusaha jamu biasanya sangat sulit berbagai resep kepada masyarakat umum. Apalagi media penyebarannya sangat terbatas. Karena itulah para ahli pengobatan, dukun, maupun tabib selalu belajar dengan cermat kepada ahli-ahli perjamuan di lingkungan istana. Hingga permulaan abad ke-20 tradisi tersebut masih menjadi sesuatu yang eksklusif.

Tetapi seiring perkembangan jaman, orang-orang dilingkungan keraton yang sudah berpikiran modern, mulai mengajarkan cara meracik jamu kepada masyarakat diluar keraton. Hingga saat ini jamu terus berkembang tidak saja di Indonesia, tetapi juga di luar negeri. 

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Ibu Negara, membuka Gerakan Kebangkitan Jamu Indonesia dan Pembukaan Symposium Internasional Pertama Temu Lawak pada tanggal 27 Mei 2008 di Istana Negara. Sumber : http://www.presidenri.go.id/index.php/fokus/2008/05/27/3104.html

Penelitian tentang jamu Indonesia telah dilakukan oleh Rumphius , seorang botanis yang hidup pada masa pemerintahan Belanda di Indonesia yaitu tahun 1775 Masehi. Ia menerbitkan buku berjudul 'Herbaria Amboinesis'. Sebuah penelitian sains terhadap jamu, Pusat Penelitian Pengobatan Herbal di Taman Botani Bogor. Yang hasil akhirnya adalah diterbitkannya buku berjudul 'Medical Book for Children and Adults' (Buku Kesehatan bagi Anak dan Orang Dewasa), yang disusun oleh E. Van Bent .

Seminar pertama kali tentang jamu di Indonesia diadakan di Solo pada tahun 1940, diteruskan oleh gabungan organisasi-organisasi Jamu Indonesia di tahun 1944. Pada tahun 1966, seminar tentang jamu diadakan lagi di kota Solo. Kemudian pada tahun 1981, sebuah buku berjudul 'The use of Medical Plants' (Kegunaan Tanaman Obat) dibuat untuk mensupport (membantu) industri jamu di Indonesia.

Minggu, 24 November 2013

Apa 'Siti Ginoek' itu...????

Siti Ginoek "Good Taste... Good Life...!!!!!" 
 
Indonesia sangat terkenal akan hasil rempah-rempahnya. Jamu adalah racikan berbagai macam rempah-rempah yang kaya akan manfaat. Minum jamu merupakan tradisi turun temurun dan telah terbukti mampu meningkatkan kesehatan serta tanpa efek samping.
 
 
Jamu Tak harus pahit...!!!
Siti Ginoek menawarkan 'rasa' yang lebih nikmat dan tetap kaya akan manfaat...

Kini untuk minum jamu, kita tidak perlu lagi repot-repot untuk mengolah serta meraciknya. Tak perlu takut pahit, dan semua orang bisa menikmatinya. Karena Siti Ginoek telah hadir memberikan terobosan baru cara minum jamu yang lebih nikmat dan tetap kaya akan manfaat. Siti Ginoek adalah produsen minuman jamu dalam kemasan. Diracik dari bahan-bahan alami pilihan, dan diolah dengan resep turun temurun serta tanpa bahan pengawet.

"Good Taste... Good Life..."

MANFAAT  UMUM :
  • Sebagai antioksidan untuk membantu menjaga kesehatan
  • Melancarkan peredaran darah
  • Memperbaiki fungsi pencernaan
 
Telah tersedia ukuran 1500ml dan 500ml 
 
Kini telah tersedia :
Beras Kencur, Kunir Putih, Kunir Asem, Kunir Asem Sirih, Sinom dan Temu Lawak dalam kemasan 1500ml & 500ml.

HARGA :
@ botol 500ml : Rp. 6.500,-
@ botol 1500ml : Rp. 18.000,-
*ada harga khusus untuk reseller...!!!!

INFO PEMESANAN : 

- Telp & WA : 082 132 313 206
- Pin BB : 25C7BC30



*Lebih nikmat diminum dingin....!!!!!